20 April 2013

Hidup dan Tantangan


Menjadi minoritas di tengah mayoritas, tantangannya banyak.

1. Banyak perempuan/laki-laki rupawan nan baik, tetapi sedikit yang bisa menjadi jodoh.
2. Kecil kemungkinan Anda terlibat dalam tata pemerintahan negara.
3. Di banyak Sekolah Dasar dan Menengah, ada kemungkinan Anda tidak mendapatkan pelajaran Agama.
4. Dalam hidup, Anda bisa berjumpa, bahkan terlibat, dengan para radikalis dan fundamentalis.
5. Di restoran atau warung makan umum, bisa jadi Anda segan berdoa sebelum atau sesudah makan.
6. ... dan seterusnya.

Tidak hanya umat Katolik di Indonesia, minoritas di luar negeri juga sama halnya. Angelika Rother, teman kuliah dari Jerman, mengungkapkan bahwa menjadi muslim di Jerman juga menghadapi banyak tantangan. Misalnya, pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum. Tidak sedikit sekolah yang mempersulit pemakaian jilbab bagi murid-muridnya yang beragama Islam.

Sekitar dua ribu tahun yang lalu, murid-murid juga ternganga mendengar ajaran Yesus. Mereka sangat terkejut dan tidak menyangka Sang Guru mengajarkan mereka, "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman." Mereka tidak habis pikir bagaimana mungkin Sang Guru mengajarkan mereka menjadi kanibal. Hal tersebut tantangan yang tidak terkira, sebab mayoritas masyarakat Yahudi menolak kanibalisme. Bahkan, darah menjadi sesuatu yang menajiskan seseorang. Oleh karena itu, sebenarnya kita bisa memahami keputusan banyak murid yang kemudian meninggalkan Yesus. Ajaran-Nya terlalu keras!

Tantangan dalam hidup bersifat melekat (inheren) dengan hidup. Menolak tantangan-tantangan yang hidup tawarkan sama saja dengan menolak hidup itu sendiri. Mereka yang bijaksana menerima hidup, menghadapi tantangan-tantangan yang dijumpainya, dan merefleksikannya. Yang disebut terakhir juga penting, sebab meminjam perkataan Socrates, hidup yang tidak direfleksikan tidak pantas dijalani.

Jadi, apa jawaban Anda bila saat ini Sang Guru bertanya kepada Anda, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

No comments:

Post a Comment