Pagi itu, para siswa kelasku mengadakan praktek lompat jauh. Pak Sri, guru olahraga kami, berdiri di dekat papan tempat kaki ditolakkan. Ia bertindak sebagai seorang pencatat pencapaian murid-muridnya, sekaligus pengawas kalau-kalau ada murid yang melanggar peraturan. Kalau melanggar, kami didiskualifikasi dan disuruh mengantri lagi di belakang. Kami harus mengulang, memperbaiki lompatan yang gagal itu.
Tibalah giliranku. Jarak lima puluhan meter dengan papan tolak tidak kusia-siakan. Aku berlari sekencang mungkin, seperti biasanya sebagai pemain sepakbola aku berlari. Naas, ketika hendak menapakkan salah satu kakiku ke papan tolak itu, aku terkentut-kentut. "Prepet, prepet, prepet," begitu bunyinya mengiringi sisa-sisa lariku. Sama sekali aku tidak jadi melompat. Aku hanya menyeringai, pada Pak Sri yang terkekeh-kekeh, dan semua temanku yang terbahak-bahak.
Mutung dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
Pelajaran bahasa Indonesia di SMA Seminari Mertoyudan dibedakan menjadi dua. Pertama, pelajaran Bahasa Indonesia "biasa". Maksudnya, pelajaran tersebut sama dengan apa yang diajarkan oleh sekolah-sekolah umum lainnya. Pengampu pelajaran Bahasa Indonesia jenis pertama tersebut adalah Bpk. Gunawan Sudarsana.
Kedua, pelajaran Bahasa Indonesia yang "luar biasa". Luar biasa karena jenis yang kedua ini tidak memberi manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh para siswa saat itu. Selama empat tahun, pelajaran jenis kedua ini hanya terdiri dari dua materi: penentuan struktur kalimat dan hukum kaitan kata Diterangkan Menerangkan-Menerangkan Diterangkan (DM-MD). Pengampu pelajaran Bahasa Indonesia jenis kedua tersebut adalah Bpk. Vinsensius Sunaryo.
Pelajaran Pak Naryo amat menantang. Masuk kelas, Pak Naryo akan masuk dan duduk di meja guru. Tidak lama kemudian, beliau akan membuka Kitab Suci dan membacakan satu kalimat. Para siswa mencatat kalimat itu dan kemudian menganalisis struktur kalimatnya. Kalau sudah merasa benar, siswa yang bersangkutan bisa maju memohon konfirmasi dari Pak Naryo. Di sinilah letak masalahnya. Sekalipun kadangkala siswa sudah merasa benar, hampir selalu ada yang salah. Dicoretlah dengan pena oleh pak Naryo analisis yang salah tersebut. Kalau sudah demikian, kami harus mundur dan meneliti analisis kami kembali.
Aku termasuk anak yang tidak terlalu pandai. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh Pak Naryo ini, berulang kali aku maju, berulang kali pula aku kembali ke tempat duduk dengan raut wajah bingung karena analisisku dinilai salah. Kalau usahaku meneliti sudah maksimal, tetapi masih dinilai salah, biasanya aku mutung. Aku tidak akan mengerjakan dan maju lagi meskipun waktu yang tersisa untuk pelajaran tersebut masih banyak.
Pelajaran tersebut memang unik. Ketika itu, kami tidak dapat merasakan langsung manfaatnya. Bahkan, dalam pelajaran tersebut, aku sendiri kerap mutung karena kesulitan. Akan tetapi, yang pernah belajar di Seminari Mertoyudan kiranya sepakat, pelajaran Bahasa Indonesia Pak Naryo memberikan kita manfaat, yang baru kita sadari setelah kita lulus, kemampuan berbahasa dengan baik dan benar, baik dalam menulis atau bertutur kata.
Nasehat dalam Pelajaran Kimia
Nasehat ini diberikan oleh Bpk. Supadno, guru STM Pembangunan Yogyakarta, yang juga mengajar pelajaran Kimia di Seminari Mertoyudan. Nasehat tersebut masih saya ingat karena substansinya yang "tidak biasa".
Dalam suatu pelajaran, beliau menyatakan bahwa kalau kita menderita sakit flu atau pusing, jangan ragu untuk berolahraga kalau mau sembuh. Beliau menceritakan pengalamannya sendiri. Kata beliau, ketika mengalami sakit kepala, beliau justru jogging, lari-lari. Tidak lama kemudian, sakit kepalanya hilang. Aku lupa apakah beliau ketika itu memberikan penjelasan ilmiah tentang hal tersebut, seperti misalnya reaksi-reaksi kimiawi dalam tubuh, tetapi yang jelas, nasehat beliau disampaikan dengan argumen-argumen yang meyakinkan kami semua.
Entahlah bagaimana nasehat tersebut dilihat dari ilmu medis. Saya tidak tertarik. Nasehat itu sudah cukup menarik bagi saya.
Bau Petai dalam Pelajaran Matematika
Saya memiliki sahabat bernama Cosmas. Rumahnya terletak tidak jauh dari Seminari Mertoyudan. Suatu hari, dia datang membawa petai dalam jumlah yang lumayan banyak. Rupanya, banyak teman yang senang mengonsumsi petai. Petai-petai yang dibawa oleh Cosmas pun dinikmati dengan semangat Heaven in Earth.
Yang kurang disadari, pesta petai sempat terjadi pula di kelas ketika kelas kosong. Ketika berganti jam pelajaran, udara yang beraroma petai di kelas dan di mulut para siswa tidak ikut berganti. Jadilah bu Esthi, guru mata pelajaran Matematika kami, merasa terganggu dengan bau tersebut. Beliau pun tidak bisa fokus mengajar karena bau tersebut. Siswa-siswa sepertinya puas.
Masih soal bu Esthi, kusampaikan saja di sini. Guru kami yang satu ini terkenal sebagai guru yang sangat intensif dalam mengajarkan materi kepada para muridnya. Konsekuensinya amat positif, pelajaran Matematika jadi terasa lebih mudah dan bisa dipahami. Meski demikian, intensitas bu Esthi ada efek sampingnya juga. Suatu kali, dia mengajarkan materi yang sulit kepada para siswa dengan sangat baik. Pelajaran Matematika sangat intensif ketika itu. Di akhir pelajaran, yang menurut kebiasaan mesti ditutup dengan tanda salib, bu Esthi pun memimpin kami semua membuat tanda salib. Yang menarik, kata-kata yang meluncur dari mulutnya adalah "Satu, dua, tiga, dan empat", bukan "Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus." Sontak kami tertawa ketika itu. Duh, bu Esthi ada-ada saja deh.
Pukulan Sayang Rm. Ria dalam Pelajaran Cantus
Rama Ria mengajar Cantus atau Seni Musik. Yang paling dikenang tentu adalah pukulan-pukulan kerasnya di pundak kami para siswanya kalau kami menjawab dengan ragu-ragu, apalagi salah. Tetapi catat, pukulan tersebut bukan pukulan tanda adanya kekerasan dalam pendidikan di sekolah kami, melainkan justru pukulan sayang. Kami sebut pukulan sayang karena pukulan tersebut kerasnya masih bisa kami terima dan kelola sebagai laki-laki, tetapi lebih dari itu, pukulan tersebut menunjukkan perhatiannya kepada kami. Sebab kami semua tahu, Rama Ria ingin semua muridnya, calon-calon rama itu, menguasai dasar-dasar musik dengan baik.
Mengantuk dalam Pelajaran Seni Rupa
Pelajaran Seni Rupa diampu oleh (alm) Bpk. Handoko. Pak Handoko ini bakat seninya luar biasa karena selain pandai menggambar, hal-hal berbau seni yang lainnya pun beliau kuasai dengan baik.
Salah satu yang kami kenang dari beliau adalah kebiasaannya untuk menggambar wajah para siswa yang tertangkap mengantuk di kelas. Dia akan menghentikan pembicaraannya, kemudian mengambil kapur, dan mulai menggambar sketsa wajah siswa yang mengantuk itu. Kalau sudah begitu, kelas akan menjadi segar. Para siswa akan mencari tahu siapa siswa yang wajahnya sedang digambar oleh Pak Handoko.
Sekitar tahun 2007, beliau meninggal dunia karena kecelakaan di Magelang. Begitu sedih kami mendengarnya. Semoga beliau diterima di sisi-Nya, dalam kebahagiaan abadi bersama Bapa.
Lagu Jadul dalam Pelajaran Listening (Bahasa Inggris)
Pada dasarnya, kami semua senang mengikuti pelajaran Listening, sebab kami akan keluar dari kelas menuju ruang audiovisual. Di tempat tersebut, Pak Agung, pengampu pelajaran Listening, akan mengajar kami dengan materi-materi yang ia siapkan.
Salah satu kebiasaan beliau yang tidak bisa kami lupakan adalah sebagai berikut. Kalau waktu menunjukkan pergantian jam pelajaran kurang sepuluh menit lagi, beliau akan menghentikan pengajarannya dan mengajak kelas bernyanyi bersama. Masalahnya, nyanyian-nyanyian yang ditawarkan luar biasa jadulnya! Bayangkan, yang paling tidak jadul saja Michael Learns to Rock. Masih terkenang di ingatan kami lirik lagu super jadul seperti, "Dona, Dona, Dona, Dona, Dona, Dona, Dona, Dona, Don."
Bahasa Rusia dalam Pelajaran Grammar (Bahasa Inggris)
Suatu hari, Pam-pam, sahabat kami yang ketika itu duduk di bangku terdepan, dalam keheningan kelas (kami semua sedang mengerjakan tugas) memberanikan bertanya kepada Pak Surawan, guru pengampu pelajaran Grammar, yang sedang duduk di meja guru. "Bla... bla... bla..." Pam-pam bertanya dengan Bahasa Inggris. Tetapi, mungkin karena pelafalan Pam-pam tidak begitu jelas, Pak Surawan yang mengernyitkan dahi balik bertanya kepada Pam-pam, "Do you speak Russian?" Mendengar itu, kontan seisi kelas tertawa riuh dibuatnya. Pam-pam pun ikut tertawa, tapi saya tahu, cukup tertohok dia. Buktinya, sampai saat ini dia masih ingat persis peristiwa tersebut.
Pak Surawan adalah teladan yang sangat baik bagi kami untuk menjadi seorang pembelajar. Beliau sudah lumayan banyak umurnya. Akan tetapi, rasa laparnya akan pengetahuan masih seperti anak kecil. Beliau gemar belajar. Itu sebabnya sebagai guru SMA, beliau belajar sampai ke taraf yang tertinggi dalam jenjang pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan Strata Tiga (S3). Beliau inilah yang orang yang menuliskan Kamus Kata Serapan yang menjadi salah satu kamus kata serapan terlengkap di Indonesia. Bangga kami murid-murid dibuatnya.
Sekian dulu sharing pengalamanku. Masih banyak kisah yang belum terungkap selama kami tinggal di SMA Seminari Mertoyudan, tempat pendidikan terbaik yang menjadikan masa SMA kami berbobot, tanpa kehilangan keindahannya. Gracias!
No comments:
Post a Comment