14 December 2011

Kedatangan Bapak yang Tidak Terduga

Aku bahagia hari ini karena kedatangan bapak secara tidak diduga-duga jam setengah sebelas siang tadi. Ia baru bisa aku jumpai jam setengah dua belas. Artinya, bapak menunggu satu jam sebelum bertemu denganku. Rupanya, ia baru datang dari Solo. Ia tidak membawa kendaraan (mungkin, karena itu ia rela menunggu lama. Suwe, ning wis kadung niliki. Ora bisa ditinggal lunga, hehhe….

Setelah aku berganti pakaian dan meminjam motor, aku berbincang-bincang dengan bapak di ruang tamu frater di depan. Rasanya membahagiakan bersama bapak. Ia bercerita mengenai sekolahnya, pekerjaannya, dan sekolah Ito. Semua ceritanya membuat aku bangga terhadap dirinya.

Bapak mengajak aku makan di luar. Mengenai tempat, terserah aku saja. Di dalam batinku, aku membayangkan Bapak pasti senang jika aku ajak makan di warung makan Flamboyan, di Deresan. Tetapi, ketika melewati ring road, Bapak mengingatkan aku akan toko buku murah (baca: Toga Mas) yang aku ceritakan padanya. Aku bilang, kita akan melewatinya. Apakah akan mampir dahulu? Bapak menyetujuinya, dan jadilah kami bersama-sama ke toko buku Toga Mas.

Di Toga Mas, bapak tanpa ba-bi-bu langsung menuju ke daerah buku anak-anak. Katanya, ia sedang mencari beberapa buku yang bisa mendukung lengkapnya perpustakaan sekolah minggu yang akan segera didirikan. Batinku, betapa hebatnya bapak. Datang ke toko buku ini sama sekali tidak memikirkan tentang dirinya (padahal aku tahu bapak suka buku, dan pasti tergiur melihat buku sebanyak itu). Bapak justru langsung memikirkan tentang pelayanan gerejawinya.

Kalau tidak salah, bapak membeli 15 buku. Aku senang bisa mengantarkannya ke toko buku yang cukup lengkap dan lumayan terjangkau itu. Dari Toga Mas, barulah kami ke warung makan Flamboyan untuk bersantap siang. Di sana, suasana ramai sekali. Tidak cuma sekali aku melihat perempuan-perempuan yang cantik dan seksi bersliweran kian kemari. Tuhan, tolonglah aku, hehhee…. Bapak juga suka tempat itu. Katanya, lumayan murah dibandingkan menu-menu makan yang disajikan di hotel Lor In, Surakarta. Ia juga mengomentari soal masakan Jogja yang manis, tidak seperti masakan daerah Bumiayu yang asin.

Dari Flamboyan, kami ke jalan Solo untuk mencari oleh-oleh. Bapak ingin membawa keripik cakar ayam. Tetapi, sampai di tempat kami membeli oleh-oleh, rupanya harga keripik itu sangatlah mahal. Bapak lalu tidak jadi membelinya.
Kami pulang ke seminari kemudian, mengambil tas bapak, dan pergi ke stasiun Lempuyangan. Di sana, aku meninggalkan bapak yang akan menuju kota Purwokerto. Terima kasih, bapak, atas kunjungan singkatmu. Kunjungan itu berkesan dan berharga buatku. Betapa aku menyayangimu dan membanggakanmu.

No comments:

Post a Comment