Siang ini, Gramedia Pustaka Utama (GPU) mengadakan pertemuan internal via Zoom untuk melepas salah satu editor seniornya yang memasuki masa purnakarya, yaitu Mbak Ramayanti, atau biasa dipanggil Mbak Yanti.
Beberapa orang memberikan sharing pengalaman. Mbak Greti mengisahkan
bagaimana Mbak Lies memperkenalkan Mbak Yanti sebagai karyawan baru, dan bagaimana
Mbak Yanti bergulat dengan dilema antara pekerjaan dan tuntutan hidup
berkeluarga. Mas Wandi mengaku bahwa ia belajar banyak dari Mbak Yanti dalam
menerjemahkan teks asing ke bahasa Indonesia, khususnya bagaimana membuat hasil
terjemahan itu menjadi komunikasi yang hidup. Mas Priyo berkata bahwa dua hal
yang menurutnya esensial untuk dimiliki seorang pekerja, yaitu attitude
(sikap yang baik) dan skill (kemampuan), selama ini telah Mbak Yanti
tunjukkan. Mbak Sasti, dengan terbata-bata karena terharu, menyampaikan bahwa
Mbak Yanti memiliki keikhlasan. Keikhlasan itu pulalah yang membuat
pengorbanannya sebagai seorang ibu tak sia-sia. Mbak Widit mengucapkan selamat
menikmati kalender dengan tanggal merah semua kepada Mbak Yanti, selain
mengungkapkan kenangannya berkunjung ke rumah Mbak Yanti dan diberi suguhan
cheese steak yang sangat lezat. Mbak Nina secara khusus menyebut bahwa Mbak
Yanti adalah orang yang superteliti dan profesional. Kecuali itu, pertama-tama Mbak
Yanti adalah orang yang sangat baik.
Saya sendiri bekerja di GPU baru kemarin
sore. Itu sebabnya, keteladanan mengenai dedikasi, ketelitian, profesionalitas,
kebaikan, dan kerendahan hati seperti yang Mbak Yanti tunjukkan begitu
berharga. Jujur saya tak terlalu mengenal Mbak Yanti. Ya sebatas tahu saja.
Tetapi, berpisah dengan orang baik, meski tidak begitu kenal pun, rasanya tetap
haru dan kehilangan.
Ya, begitu baik, karena dengan anak baru kemarin sore
seperti saya pun Mbak Yanti begitu rendah hati. Ketika kenang-kenangan pouch
yang ia bagikan ke semua karyawan GPU saya terima, saya mengirim pesan Whatsapp
ke Mbak Yanti: “Hai, Mbak Yanti. Ini Igo. Terima kasih pouch-nya ya,
Mbak. Cakep, aku dapat yang motif daun. Semoga sehat selalu dan menyenangkan
nanti masa pensiunnya.” Dia membalas, “Halo, Igo, trims untuk doanya. Igo yang
betah ya di GPU, kalau bisa sampai pensiun.”
Menurut saya, inilah legacy Mbak Yanti yang paling unggul, yaitu kerendahan hati dan kebaikannya. Kita bisa superexcellent dalam kinerja, tapi tanpa kerendahan hati dan kebaikan, kita tak meninggalkan apa-apa di hati orang lain. Mbak Yanti unggul di tanah yang subur itu, dan menyempurnakannya dengan profesionalitas dan dedikasinya.
Pada pertemuan tadi, Mbak Yanti sempat mengutarakan keinginannya, yang tak diduga begitu mulia, sederhana, tak muluk-muluk: "Cita-cita saya sekarang mau main ke Malang bersama cucu, ke Jatim Park." Semoga kesampaian ya, Mbak. Terima kasih banyak atas keteladanannya. We wish you a happy retirement.
No comments:
Post a Comment