Sebenarnya saya bisa menulis mengenai hari Rabu Abu yang dirayakan hari ini. Akan tetapi, renungan mengenai Rabu Abu sudah sering dibuat. Paling tidak, tadi pagi saya sudah membuat dan memberikannya bagi beberapa narapidana yang beragama kristiani di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Purwokerto. Di tempat itu, saya memberikan renungan mengenai pertobatan, sekaligus mengoleskan abu di dahi mereka, baik yang beragama Katolik maupun Kristen Protestan. Jadi, rasanya yang berkaitan dengan Rabu Abu sudah cukuplah. Saya akan menulis sesuatu yang lain.
Tulisan saya berikut bukan tulisan yang saya buat sendiri. Tulisan berikut adalah terjemahan saya atas artikel menarik yang saya baca ketika mempersiapkan renungan untuk para narapidana. Artikel ini berasal dari situs http://www.thedailybeast.com/. Entahlah, situs berita macam apa itu. Tetapi, artikel yang membicarakan masa lalu seseorang ini menarik sebab membicarakan masa lalu Paus Fransiskus, yang pada tahun 2013 dinobatkan oleh majalah terkemuka TIME sebagai Person of the Year.
The Pope's Days as a Mardi Gras Bouncer
Mardis Gras, Fat Tuesday, Martedi Grasso, apapun sebutannya, merupakan pesta terakhir sebelum berlangsung masa doa dan puasa dalam tradisi Prapaskah Katolik. Pada kesempatan pesta itu, Paus Fransiskus menghabiskan harinya justru untuk mempersiapkan diri demi pelayanannya dalam hari Rabu Abu. Namun, (ini penting) hal tersebut ternyata bukanlah jalan yang sejak semula dihayati oleh paus modern ini.
Banyak orang terkenal memiliki pekerjaan-pekerjaan yang tidak terduga sebelum mereka mencapai ketenarannya. Whoopi Goldberg tadinya adalah perias mayat; Kanye West sebelumnya adalah seorang pelayan toko; dan John Hamm tadinya adalah seorang desainer dalam industri film porno. Itulah mengapa kita tidak perlu heran bahwa Paus Fransiskus sebelumnya tidak selalu berada dalam lingkungan yang suci. Ketika masih dikenal sebagai Jose Maria Bergoglio, beliau bekerja sebagai tukang pukul dalam kelab malam di Flores, Argentina. Semuanya ia jalani untuk memperoleh uang demi mendukung biaya pendidikannya.
"Saya adalah tukang pukul paling parah sedunia," Paus Fransiskus berkata pada kongregasi San Cirillo Alessandrino di pinggiran kota Roma tidak lama setelah terpilih menjadi Paus pada tahun 2013. Dia sama sekali tidak menampakkan diri sebagai sosok yang penuh intimidasi. Beberapa biografi menuliskannya. Biografi mengenai Paus Fransiskus yang paling dalam, Francesco: Life and Revolution, ditulis oleh jurnalis Argentina Elisabetta Pique, yang telah mengenal Bergoglio sejak beliau terpilih menjadi Kardinal tahun 2001, dan yang dipanggil secara personal oleh Paus sesaat setelah pemilihan. Pique menggambarkan Bergoglio, laki-laki yang kemudian menjadi Paus ini sebagai "el Flaco" atau si kurus dan juga "Carucha" atau "baby face", sebagaimana teman-teman Bergoglio memanggilnya.
Paus Fransiskus juga memiliki kekasih sebelum dia menjadi imam -perempuan ini kabarnya adalah seorang penari Tango dan Milonga yang hebat. Paus Fransiskus memang kemudian meninggalkannya ketika beliau menyadari panggilannya, tetapi menurut Pique, lain waktu beliau sempat goncang di seminari ketika tidak sengaja dalam suatu acara, yakni pernikahan pamannya, beliau bertemu dengan seorang perempuan yang menarik hatinya. Pique mengutipnya dengan menulis, "Aku terpesona pada perempuan yang kulihat dalam pernikahan pamanku, kecantikannya, cahaya intelektualitasnya, semuanya mengejutkanku. Untuk beberapa saat, aku merasa bingung, perempuan itu selalu datang dalam pikiranku. Ketika aku kembali ke seminari setelah pesta pernikahan itu usai, seminggu penuh aku tidak bisa berdoa, sebab ketika aku mau berdoa, perempuan itu muncul di kepalaku."
Dan yang lebih terkenal lagi adalah kisah cinta Bergoglio yang waktu itu berumur 12 tahun pada seorang gadis bernama Amalia. Bergoglio berkata kepadanya, "Kalau kamu tidak mau menikah denganku, aku akan menjadi imam."
Menurut Pique, laki-laki yang akhirnya menjadi Paus tersebut bahkan sempat mengirim surat berisi gambar rumah beratap merah yang diberi catatan, "Rumah ini adalah rumah yang akan kubeli ketika kita menikah." Ketika orangtua Amalia menemukan surat tersebut, mereka menyobeknya dan melarang anaknya untuk bertemu "laki-laki itu" lagi sebab dia adalah benar-benar "masalah".
Menurut Pique, laki-laki yang akhirnya menjadi Paus tersebut bahkan sempat mengirim surat berisi gambar rumah beratap merah yang diberi catatan, "Rumah ini adalah rumah yang akan kubeli ketika kita menikah." Ketika orangtua Amalia menemukan surat tersebut, mereka menyobeknya dan melarang anaknya untuk bertemu "laki-laki itu" lagi sebab dia adalah benar-benar "masalah".
"Each has his past shut in him like the leaves of a book known to him by his heart; and his friends can only read the title." Virginia Woolf |
Masa lalu Paus Fransiskus yang memiliki banyak mantan ini menarik bukan?
Orangtua Amalia mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa laki-laki yang mencintai anaknya -yang tidak hanya sekadar "bermasalah", tetapi bahkan menjadi "masalah" itu sendiri, sekarang menjadi Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Paling sekarang Amalia versi tuek-nya bisa dengan congkak mengatakan, "Dulu Paus jatuh cinta sama saya lho."
Setiap orang memiliki masa lalu. Setiap orang juga mempunyai kelemahan, kesalahan, dan dosa. Berbahagialah kita yang mampu berdamai dengannya, lalu mengubah hidup kita menjadi lebih baik.
Selamat memasuki masa Prapaskah 2015.
Bahasa kerennya: Pendosa punya masa depan, Orang Kudus punya masa lalu. Tulisan menarik. :)
ReplyDelete