Setelah bertahun-tahun kuliah
Tapi ia tetap setia berangkat menggembala
Akhirnya ia lulus dan diwisuda jadi
gembala
Hadiah kelulusannya adalah seratus
ekor domba
Ia buka lagi buku-bukunya semasa
kuliah dulu
Dan menemukan tips menggembalakan
domba
tanpa domba itu merasa digembalakan
1. Panggil
mereka dengan namanya
2. Tuntun
mereka ke rumput yang hijau (artinya rumput
tetangga; bukankah rumput tetangga selalu hijau?)
3. Bawa
pulang ke kandang dengan tenang
4. Sering-seringlah
mengucapkan kata maaf, terima kasih dan
silakan
Ia kerjakan semua sesuai petunjuk yang
ada
Dan kecewa sebab seekor demi seekor
dombanya hilang entah kemana
Seperti harapan, cita-cita dan cinta
Selalu hilang tepat saat kita merasa
menggenggamnya
Tapi ia tetap setia berangkat menggembala
Dengan domba-domba yang masih tersisa
Sampai suatu senja ia tinggal
sendirian saja
Di
sebuah padang yang kering dan gersang
“Lihat,
tuan gembala sedang hilang
mari
ramai-ramai kita temukan”
Ia seperti mendengar domba-dombanya
sedang tertawa
Sedang
darah mereka memerah di ufuk senja
Puisi ini dibuat oleh seorang sahabat
bernama Catur Wibawa.
Puisi-puisinya dalam Sayang Kau Tak Suka Kupu-Kupu sangat
mendalam dan indah.
Jika fenomena terbitnya "buku
refleksi dalam misa perdana" masih berlanjut, puisi ini akan menjadi salah
satu bagian buku saya.