29 September 2012

Saya dan Korea

Jadi, bagaimana saya mulai menyukai Korea, khususnya Running Man?














Sebenarnya saya tidak terlalu menaruh perhatian dengan segala yang berkaitan dengan Korea, entah itu Korean Pop (K-Pop) atau apapun itu. Ketika beberapa frater di Seminari Tinggi terkena demam Korea, saya termasuk ke dalam orang-orang yang tidak begitu antusias. Transaksi film-film Korea di ruang komputer, saya tidak ikutan. Acara senam bareng dengan iringan musik K-Pop yang diadakan Fr. Edith dan Fr. Joko, saya bahkan amit-amit mau datang, apalagi ikutan senam. Fr. Bram ketawa-ketiwi sendiri di depan layar komputernya ketika nonton (kemudian saya tahu yang Dia tonton Running Man), saya tidak peduli.

Yang masih saya tolerir adalah pernyataan bahwa personel SNSD, girlband Korea yang sangat populer itu, cantik-cantik. Benar, dan saya jadi tahu kalau selain Ha Ji Won, yang filmnya Love so Divine pernah membuat kami sekelas (pas SMA) teriak-teriak kayak orang gila di ruang musik, masih ada banyak cewek Korea yang cantik! Nah, pada poin ini saya harus mengakui kalau di antara personel SNSD yang lain, Yuri paling menarik perhatian saya. Dia cantik, seksi, dan paling konyol.























Karena suka dengan Yuri, saya  akhirnya mau ketika ditawari Fr. Bram untuk mulai menonton Running Man. For your info, Yuri datang sebagai bintang tamu Running Man episode 16. Ketika itu, fokus saya melihat Running Man bukan pada games-games yang ada di dalamnya, melainkan, jelas, Yuri. Akan tetapi, bagaimanapun saya harus memahami aturan main "acara Running Man" yang asing itu supaya bisa menonton Yuri dengan nyaman. Siapa sangka, ternyata games-games yang ditawarkan Running Man menarik dan seru! Saya pun mulai tertarik pada program tersebut.

Setelah itu, saya mulai keranjingan nonton Running Man. Acara itu memberikan hiburan yang tidak pernah saya dapatkan dari tayangan-tayangan televisi Indonesia. Bergiga-giga episode Running Man saya simpan di Harddisk Eksternal saya. Saya tonton acara itu satu demi satu.

Dari situ, saya mulai mengenal Yoo Jae Suk sebagai MC utama,












Ji Suk Jin sebagai member paling lemah (belakangan, "out"-nya Ji Suk Jin diterima umum sebagai tanda perlombaan games telah dimulai),













Kim Jong Kook sebagai member paling kuat,













HaHa sebagai member yang dikenal playboy (belakangan, setelah diberitakan akan menikahi Byul bulan November 2012 ini, dia tidak bisa lagi menampilkan karakter playboy-nya),






















Lee Kwang Soo sebagai member termuda yang dikenal sebagai pengkhianat (belakangan, pengkhianatan-pengkhianatan Lee Kwang Soo benar-benar memakan banyak korban),













serta Kang Gary dan Song Ji Hyo, member yang terlibat loveline sebagai Monday Couple.




















Di antara Running Man's member yang lain, saya paling senang dengan Gary. Dia menarik saya dengan semua tingkah polah yang dia buat dan celotehan-celotehan yang dia katakan. Belum lama ini, dia memutuskan berhenti sejenak dari seluruh aktivitas variety show, termasuk Running Man. Hal itu disebabkan oleh masalah manajemen Leessang Company yang banyak menyita perhatian, terutama setelah konser Super7 yang telah lama direncanakan akhirnya dibatalkan. Keputusannya yang tiba-tiba itu sangat mengejutkan banyak pihak. Untunglah, bersama Gil, rekannya di Leessang, setelah menerima dukungan dari banyak sekali pihak, akhirnya dia memutuskan kembali.














Melalui Running Man, yang setiap minggu menghadirkan bintang-bintang tamu, yang kebanyakan adalah bintang K-Pop, aktor, aktris, olahragawan Korea, dsb., tersebut saya jadi lebih mengenal Korea. Yang saya kenal tidak hanya sekitar dunia K-Pop, tetapi juga kebudayaan Korea: orang-orang dan cara berinteraksinya, tempat-tempat bersejarah dan rekreatifnya, fasilitas umumnya, makanan-makanannya, dan lain sebagainya.

Sampai saat ini, saya masih menikmati Running Man. Saya tahu pasti ada satu dua yang mencibir: "Jadi orang Indonesia kok Korean-addicted", atau "Ini nih orang gila K-Pop." Saya mah tidak terlalu ambil pusing. Bukankah tidak jarang nasionalisme orang menjadi kuat justru ketika dia memiliki pengalaman ambil jarak dengan bangsa dan negaranya? Hal itu umum terjadi pada mereka yang merantau di luar negeri. Bagi yang menuduh saya gila K-Pop, yah, saya biarkan sajalah. Mereka itu sebenarnya hanya seperti turis asing yang masih kesulitan membedakan Bali dan Indonesia. Bagi mereka, Indonesia itu Bali.

Finally, saya mengutip kata-kata Leessang, "Work hard never betray you." Fighting!